Wednesday, May 8, 2013

Misteri Kota Tua.. Tamat


Kami masih kaget melihat mayat-mayat hidup di sekitar kami. Mereka tidak berkeliaran di sekitar kami, mereka masin menempel di dinding. Walau bagaimanapun juga, tetap saja kami ketakutan. "AAAARGH!! Tooloooong" suara itu berdengung keras di seisi ruangan. Suara itu berulang tak beraturan karena banyak sekali mayat hidup di sekitar ruangan. Kematian. Ini pasti ulah Kematian.Kami membereskan perkakas-perkakas kami dan melipat tenda kami dengan terburu-buru lalu kami pergi memasuki lorong yg gelap.

Tepat ketika kami di depan lorong, cahaya obor menyala dan menerangi lorong tersebut. Kami terus berlari tanpa menghiraukan apapun yg terjadi. Satu-persatu mayat-mayat yg menempel di dinding menjadi hidup dan berusaha menangkap kami. Setiap langkah yg kami ambil, setiap mayat yg kami lewati, mayat-mayat itu mendadak menjadi hidup. Aku menyuruh Florence dan Lotus untuk berlari lebih cepat. Tiba-tiba salah satu mayat di depan kami menjadi hidup dan itu membuat Florence reflek berlari mendekati dinding dan membuat satu mayat menangkapnya. "FLORENCE!" teriakku, tepat saat aku ingin mengambil golokku, seseorang dengan sigapnya mengambil golokku terlebih dahulu lalu memotong tangan mayat itu dan mendorong florence mendekati kami. Aku menangkap Florence dan memeluknya erat. Saat aku ingin berterimakasih, orang itu sudah menghilang. Menghilang dimakan mayat hidup. 

Mayat-mayat hidup tiba-tiba menjadi lebih berisik dan jangkauan mereka menjadi lebih jauh. Bahkan mereka sudah bisa meraih jaketku. Aku menyuruh Florence dan lotus untuk berlari dengan cepat. Setelah aku mengambil golokku di lantai, aku berlari menyusul mereka. Aku terus berlari dan tiba-tiba aku tersandung. Tersandung di sebuah ruangan yg gelap tanpa adanya cahaya dan mendadak cahaya obor di belakang kami mati.

"Florence! Lotus! Dimana kalian?" teriakku memanggil mereka. Aku berharap mereka menjawab sahutanku, tetapi yg aku dengar hanyalah suara langkah seseorang yg memegang tongkat sambil memukulkan tongkatnya ke kerangkeng besi sehingga terdengar suara, "Teng! Teng! Teng!" yg disusul dengan suara tawa. Ya, suara tawa Kematian.

Cahaya obor tiba-tiba menyala dan menerangi ruangan. Dan aku dapat melihat tuan Penderghast, Thomas dan Felix berdiri terikat di atas 3 altar dalam keadaan tidak sadar. Ke-tiga altar tersebut berada tepat di tengah ruangan. Di depan masing-masing altar ada sebuah peti yg berisi pedang. Pedang yg terukir indah dan sangat kuat. "Bagaimana kalau kita bermain permainan kecil? Yg harus kau lakukan hanyalah membunuh salah-satu dari mereka" Kematian berbicara dengan santainya. "Dimana anak dan istriku?" tanyaku. Kematian menghentakkan sabitnya ke lantai beberapa kali dan tiba-tiba Florence dan Lotus yg terkurung dalam sebuah kerangkeng turun dari atap dan mencapai permukaan lantai. "AYAAAAAH!!" teriak Lotus. "Lotus" sergahku sambil berlari menuju anak dan istriku, tetapi Kematian menghempaskanku. "Kau tidak akan bisa memeluk mereka kecuali kau menyelesaikan permainan ini!" Kematian menjelaskan. Aku menelan ludah, lalu berlari ke salah-satu peti dan mengambil pedang yg berada di dalamnya.

Kematian berjalan mendekatiku. Ketika dia tepat berada di belakangku, aku berbalik dan menusuknya tepat di jantungnya. Tetapi Kematian membalasnya dengan tawa. "Kau pikir kau bisa membunuhku? Aku adalah KEMATIAN!" ketika Kematian mengatakan namanya, terdengar suara tawa. Bukan tawa dari Kematian. Tawa itu terdengar dari langit-langit ruangan. Aku mendongak ke atas dan terkejut melihat banyak kepala manusia melayang di langit-langit ruangan. "Terkejut melihat koleksiku?" tanya Kematian. Tiba-tiba salah satu kepala terjatuh dan menggelinding ke arahku. Aku memperhatikan kepala itu dan akhirnya menyadari bahawa itu ada kepala Nikolai. "Kau hampir berhasil, Kevin. Cepat selesaikan permainan ini dan lanjutkan perjalananmu" kata Nikolai dengan lemah. Lalu sebuah pedang melayang ke arahku. Aku melihat Kematian, "Kau sudah tau aturannya" katanya. "Biar kubangunkan mereka" kata Kematian sambil mengangkat tangannya. Ajaib, mereka tiba-tiba terbangun dan meneriakkan sesuatu.

"Jangan bunuh aku! Ingat, aku adalah asisten setiamu" - Thomas
"Bnuh yg lain, tetapi jangan aku. Aku masih kuat, aku akan banyak membantu!" - tuan Penderghast
"Jangan berpikir untuk membunuhku. Aku adalah tetua kota ini, aku bisa membantumu keluar dari sini" - Felix.

Masing-masing orang memberikan alasan mereka. Aku tentu saja merasa bingung. Aku tidak mungkin membunuh Thomas. Dia sangat setia dan sangat sabar menghadapiku. Tetapi aku tidak mungkin juga membunuh tuan Penderghast karena dia akan sangat membantu. Ya, walaupun hubungan terakhir kami tidak terlalu baik, tetapi dia sangat kuat dan pemikirannya sangat cepat. Jangan tanya tentang Felix. Dia bisa membantu kami untuk keluar dari rumah Kematian ini.

Aku melihat keluargaku, Florence sedang memberi isyarat untuk diam sambil menunjuk Lotus. Lalu aku melihat Lotus yg sedang berusaha membuka gembok kerangkeng besi tadi. Sungguh, aku bangga dengan Lotus. Gadis semata wayangku yg cantik jelita, cerdas dan licik. Aku kembali melihat Florence. Aku melihat dia memberi isyarat untukku agar tetap fokus ke permainan.

Aku melihat ke-tiga altar tersebut. Pedang masih aku pegang. Tanganku bergetar. Hatiku berperang menentukan siapa yg seharusnya dibunuh. Semuanya sangat aku butuhkan dan semuanya adalah orang yg dekat denganku. "Hei, apakah kau akan menghabiskan banyak waktu di sin?" Kematian berbicara memperingatiku. Aku menggelengkan kepala dan membuat keputusan. Aku berjalan menaiki altar. "Tidak. Apa yg kau lakukan? JANGAN BUNUH AKU!!". aku hanya bisa menjawab, "Maafkan aku" lalu aku menusuknya tepat di kepalanya. "Tidurlah dengan tenang" aku mengucapkan kata-kata terakhirku.

Aku berdiri dan berbalik, "Sekarang lepaskan keluargaku dan teman-temanku!" perintahku pada Kematian. Kematian mengankat tangannya dan melepaskan ke-dua tahanannya. Tetapi tidak terjadi apa-apa pada kerangkeng keluargaku. "Kau pikir aku akan sebaik itu melepaskan mereka? HAH! Jangan bermimpi" katanya. "Kurang ajar! Ini tidak yg seperti yg kau janjikan!" teriakku. "Hahaha! Aku hanya merubah pikiranku" jawabnya dengan santai. Tanganku bergetar, ingin sekali aku menebas kepalanya. Tetapi itu percuma saja, dia adalah Kematian dan Kematian tidak akan bisa mati. "Hey, lihat sekarang siapa yg licik" kata Lotus dengan nada menantang. Kematian berbalik ke belakang dan terkejut, "Bagaimana kalian bisa keluar?" , "Dengan sedikit kepintaran dan kelicikan" Lotus menjawab dan melemparkan air suci. Kematian berteriak sangat keras. Teriakannya bahkan hampir memekakkan telingaku. Lalu dia melompat dan menghilang ditelan cahaya kehitaman.

"Florence! Lotus!" teriakku sambil berlari memeluk mereka. "AYAH!" teriak Lotus dan Florence. Kami saling berpelukan. Thomas dan tuan Penderghast datang dan ikut memelukku. Lalu kami berdiri dan melanjutkan perjalanan.

"Kevin, kenapa kau membunuh Felix?" tanya Thomas. Lalu aku menjawab:

"Terkadang dalam kehidupan, kau akan menemukan pilihan tersulit dalam hidupmu. Ikuti kata hati nuranimu dan lakukan sesuai dengan perintahnya. Mereka tidak akan pernah salah"

Bersambung

0 comments:

Post a Comment