Wednesday, May 8, 2013

Misteri Kota Tua.. Part 3


Setelah kejadian malam itu, kehidupan kami menjadi tidak tenang. Ketakutan kami adalah alasan utamanya. Bagaimana tidak? Kami hampir saja mati. Tetapi, aku tetap bersyukur. Bersyukur karena Florence dan Lotus tetap menyayangiku. Aku sempar berpikir mereka akan marah padaku karena hampir membunuh mereka dan memberi mereka ketidak tenangan yg berketerusan. Aku bangga dan makin menyayangi keluargaku.

Siang ini, aku berencana untuk membeli kaca untuk mengganti kaca yg Florence pecahkan untuk membuat jalan masuk ke dalam rumah. Setelah aku sampai ke toko kaca,  aku bertemu dengan tuan Penderghast. "Hei, aku mendengar apa yg terjadi tadi malam." dia berbicara dengan lemah lembut tanda prihatin. "Kenapa kau tidak mengatakan hal ini sebelumnya? Mengapa kau tidak memperingatiku sebelumnya?"  tanyaku, marah. "Tidak bisa, kami tidak bisa membicarakan hal itu. Atau kami akan mati" . "Penjelasan itu masuk akal juga" benakku. "Kalau kamu ingin lebih jelasnya, bicarakanlah hal ini dengan Nikolai" tambah tuan Penderghast. Ah, iya! Diakan turis di sini. Kenapa tidak terpikir olehku? "Baiklah. Aku akan ke tempat Nikolai setelah membenarkan kaca di rumahku". Setelah membeli dan memasang kaca, aku pergi ke rumah Nikolai dan berbincang padanya.

"Hey Kevin. Aku sungguh minta maaf atas apa yg terjadi semalam. Aku tidak bis..." , "Aku sudah tau. Kalian akan mati jika kalian bicarakan" potongku. Dia menutup rapat mulutnya. Keheningan terjadi selama beberapa menit hingga akhirnya dia mempersilahkan aku masuk. Aku memasuki rumahnya dan duduk di sofa ruang tamunya. "Kevin, aku tahu kamu ingin keluar dari kota ini. Tapi kau harus membantuku. Apakah kamu mau?" tanyanya.  "Baiklah. Apa yg harus aku lakukan?" tanyaku. Lalu Nikolai menjelaskan kalau kami baru bisa keluar dari kota ini setelah kami mendapatkan harta karunnya. Ternyata harta karun itu bukan saja menyimpan harta dan emas yg sangat berharga. Tapi juga merupakan tempat roh-roh jahat bersemayam. Dengan kata lain, jika harta karun itu diambil, roh-roh jahat akan tersegel dan tidak bisa mengurung orang-orang di kota ini lagi. Aku mendengarkannya dengan seksama dan akhirnya memutuskan untuk mencari harta tersebut dan melupakan resikonya.

Keesokan harinya, pagi-pagi kami sudah berkumpul di hutan. Kami sengaja datang pagi-pagi (sekitar jam 06.00) supaya kami memiliki waktu yg lebih lama untuk memecahkan kode demi kode. Setiap hari kami berkumpul jam 06.00 pagi dan pulang jam 04.30 untuk menghindari pulang kemalaman. Dan ternyata hal itu berhasil dan sangat membantu. Hari demi hari kami jalani dengan memecahkan kode demi kode. Teka-teki demi teka-teki. Hingga suatu hari kami duduk termenung. Kebingungan. Teka-teki terakhir yg harus kami pecahkan. 
"Rahasia-rahasia yg hanya diketahui pria bersabit"
Itulah yg tertera di secarik kertas. Sudah berjam-jam kami duduk dan memikirkan apa maksudnya. "Aaah! Mungkin para petani tidak? Mereka biasanya menggunakan sabit" kata Nikolai bersemangat. "Tidak, di sini tidak ada petani" jawabku. Tak terasa sudah jam 04-30 saja. Kami memutuskan untuk pulang dan bertemu lagi seminggu kemudian untuk memikirkan apa maksud dari teka-teki tersebut.

Sesampainya di rumah, Lotus menghampiriku dan bertanya, "Apakah kalian sudah mendapatkan hartanya?" , "Belum. Tinggal memecahkan teka-teki terakhir dan akhirnya kita bisa pulang." jawabku, lesu. "Emang apa teka-teki terakhir itu, yah? Mungkin aku bisa membantu" tawar Lotus. Aku tertawa dan mengelus kepala lotus. "Tidak, kamu sudah banyak membantu ,Lotus." kataku. Memang, sebagian besar teka-teki itu dipecahkan oleh Lotus. Dan sebagiannya lagi istriku, Florence. Sedangkan aku dan Nikolai, hanya sebagian kecil. "Tidak yah. Aku sangat ingin membantu. Sungguh" Lotus semakin semangat. "Baiklah, panggil ibumu dan suruh dia untuk berkumpul di ruang keluarga." perintahku. Lotus berlari kecil menuju dapur, sedangkan aku menuju ruang keluarga.

Kami sudah berkumpul di ruang keluarga. Lotus sudah duduk manis di sebelah istriku. Aku berdehem lalu menyebutkan teka-teki tersebut. Mereka tampak kebingungan. Bahkan Lotus yg paling pintar dalam memecahkan teka-teki saja sampai mengerutkan dahinya. Aku tertawa kecil dan berkata, "Bagaimana kalau kita istirahat saja dulu. Dan ketika kalian sudah mendapatkan jawabannya, beri tahu ayah". Setelah itu, mereka beranjak dari ruang keluarga dan pergi ke kamar masing-masing. Aku pergi ke kamarku dan mengganti bajuku. "Ayah, berapa lama lagi kita bisa pulang? Aku takut" kata Florence. "Secepatnya. Ayah berjanji." kataku sambil memakai piyama. Lalu aku merebahkan diriku di kasur. Di sebelah Florence, istriku yg kucintai. Aku balikkan badanku sehingga kami tidur saling berhadapan. "Ayah, aku sudah tidak tahan lagi tinggal di kota ini. Aku ingin cepat pulang" Kata Florence dengan mata yg berkaca-kaca. Aku tidak menjawabnya. Aku mengelus pipinya dan memberinya kecupan di kedua pipinya. Dan beranjak tidur.

Tengah malamnya aku terbangun. Aku beranjak dari kasur dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Aku ambil segelas air putih dan ketika ingin meminumnya, aku melihat sekelebat bayangan putih. Masih memegang gelas tersebut, aku mengikuti bayangan tersebut. Aku dapat merasakan ada angin yg kuat memasuki rumahku. Aku mencari sumber angin tersebut dan menemukan ada jendela yg terbuka di ruang tamu. Aku melangkah mendekati jendela tersebut untuk menutupnya. Ketika aku menutupnya, tiba-tiba muncul nenek tua dengan seringainya yg mengerikan dan teriakannya yg memekakkan telinga. Aku terkejut sehingga gelas yg aku lempar tadi terlempar, lalu jatuh dan pecah. Aku mundur beberapa langkah, tapi aku tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga aku terjatuh. Tusukan tersebut sepertinya dalam, sampai-sampai aku tidak bisa berdiri. Nenek itu tertawa. Tawanya sangat menyeramkan. Sangat memilukan. Aku menutup telingaku karena suara tawa itu terngiang-ngiang di otakku. Tiba-tiba saja aku mendengar suara teriakan,"PERGI DAN TINGGALKAN RUMAH KAMI KAU TUA BANGKA!!" terdengar suara teriakan Florence berusaha mengusir nenek itu. Nenek itu terlihat marah, lalu menerbangkan vas bunga ke arah Florence. Aku berusaha berdiri, tapi kakiku masih sangat sakit sehingga aku terjatuh lagi. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki Lotus yg berlari dan mendorong ibunya sehingga Florence terhindar dari lemparan vas tersebut. Florence dan Lotus akhirnya saling berpelukkan. "KALIAN HARUS MATI!" kata nenek itu sambil menerbangkan pisau dapur dan siap-siap melemparkannya ke arah kami. Tapi, tiba-tiba saja ada sekelebat cahaya yg menyilaukan mata kami. Kami menutup mata kami dan ketika kami membukanya, nenek itu menghilang. Florence berlari ke arahku dan mengobati kakiku sedangkan Lotus merangkak mendekatiku dan mengatakan, "Ayah, jawaban dari teka-teki itu adalah.."

BERSAMBUNG

0 comments:

Post a Comment