Wednesday, May 8, 2013

This Little Town.. Part 3


Siang itu, aku dan Karen langsung menuju ke tempat di mana orang-orang hilang dan tempat di mana orang-orang dibunuh. Dari semua tempat yg kami kunjungi, ada satu kejanggalan yg tidak pernah kutemui sebelumnya. Psikopat ini bermain dengan sangat bersih. Tak ada bukti dan tak ada sesuatu yg bisa dijadikan bukti. Jelas, jarang orang-orang bisa melakukan kejahatan sebersih ini. "Ayolah Scott, masa tidak ada barang yg mencurigakan sama sekali?" tanya Karen. "Tidak. Tidak ada sama sekali. Sidik jari atau apapun! Semuanya tidak dapat kutemukan!" jawabku sambil menggebrak meja. Tiba-tiba, aku mendapatkan sebuah ide. "Bagaimana kalau ini semua membentuk sebuah pola?" kataku. "Pola? Maksudmu?" tanya Karen. Aku lalu menyuruhnya diam dan menyuruhnya untuk langsung menuju kantor.


Sesampainya di kantor, aku mengambil sebuah peta kota dan menggelarnya di atas meja. Lalu aku menandai setiap tempat dimana orang-orang itu mati dan hilang. Dan lalu aku menghubungkan tiap tanda yg aku buat sehingga membentuk lambang seperti ini:/-\Aku mengernyitkan dahi tanda tidak mengerti. Aku lalu duduk di atas sebuah kursi sambil memikirkan maksud dari lambang itu. "Lalu, apa?" tanya Karen. Aku diam tidak menjawabnya. Sepertinya ada sesuatu yg janggal dari lambang itu. Seperti sebuah lambang yg belum sempurna. Sentak terpikir sesuatu olehku, "Alexander Black, Alexander... OH YA!" jeritku lalu menambungkan sebuah sudut di lambang itu sehingga membentuk huruf 'A' sepurna. "Tunggu. Bukankah itu gudang tua yg sudah lama tidak terpakai?" kata Karen sambil menunjuk ujung dari huruf 'A' itu. "Ya, dan itu adalah tujuan kita besok" kataku yg baru sadar ternyata sudah larut.  


Keesokan harinya, aku sengaja bangun cepat karena aku harus menjemput Karen di rumahnya. "Hey, apakah kau lama menunggu?" tanya Karen sambil menggendong anjingnya yg bernama Jack. "Tidak, baru saja sampai" jawabku dengan semangat. Lalu kami pergi menuju gudang tua itu.


Gudang tua yg akan kami kunjungi sebenarnya adalah gudang tak terpakai yg sudah terbengkalai bertahun-tahun lalu. Kebetulan juga letaknya di ujung kota. 


Sesampainya di gudang itu, Jack langsung menggonggong seperti seekor anjing yg sedang mencium sesuatu. "Heeey, tenang Jack." kata Karen sambil mengikatkan anjingnya di sebuah pasak yg entah digunakan sebagai apa. Setelah Karen mengikat anjingnya, kami ber-2 memasuki gudang itu. Aneh, tidak ada apa-apa selain gudang tua yg kosong tak berisi dan berdebu. "Tidak! Ini tidak mungkin! Pasti ada yg salah" kataku panik. "Tenang Scott. Psikopat itu pasti menyembunyikan sesuatu di sini" kata Karen sambil pergi menduduki sebuah kursi yg kebetulan berada di tengah gudang. Aku lalu keluar dari gudang itu untuk menenangkan diri. "Scot! Sini, cepat!" teriak Karen mengagetkanku. Buru-buru aku memasuki gudang dan melihat Karen memberi isyarat untuk segera menghampirinya. "Lihat, lihat dinding sebelah sana. Seperti ada sesuatu" katanya. Aku mengernyitkan dahiku dan memfokuskan pandanganku. Dan benar saja, samar-samar aku melihat tulisan yg sepertinya itu adalah petunjuk selanjutnya. Aku langsung menuju mobilku dan membuka bagasinya untuk mengambil alat pemancar sinar UV untuk melihat tulisan itu. Sesampainya di gudang, aku langsung menyinari dinding itu dan membaca pesan yg tertera di dinding itu.Tolong!! Di bawah sini!"Karen! Bawa anjingmu ke sini!" perintahku. Karen berlari keluar gudang dan beberapa saat kemudian, dia memasuki gudang sambil membawa anjingnya. Karen melepaskan pengait di kalung leher anjingnya sambil berkata, "Ayo Jack, bantu kami" yg lalu disusul dengan gonggongan Jack. Anjing itu berlari mengelilingi gudang lalu pergi ke sebuah titik dan lalu menggalinya. Setelah beberapa menit menunggu, Jack menggonggong seolah-olah memberi isyarat padaku untuk melihat apa yg dia temukan. Tentu saja aku langsung melihat lubang yg dia gali. 


Betapa kagetnya aku melihat bagian tubuh manusia di lubang galian yg dibuat oleh Jack. Aku lebarkan lubang itu dengan tanganku dan melihat badan lain menindih badan orang yg pertama aku temukan. "Ada tubuh lain, tempat ini pasti digunakan untuk menyimpan mayat-mayat tersebut" kataku. "Kalau begini, sepertinya ada petunjuk di antara mayat-mayat yg dikuburkan di sini. Tetapi ini akan memakan waktu yg lama" lanjutku. "Tidak" kata Karen sambil menunjuk tanah yg disinari dengan cahaya dari lubang yg ada di atap. "Kau yakin? Apa yg membuatmu yakin?" tanyaku. "Entahlah, feelingku berkata begitu" jawabnya. Aku ambil sekop dari mobilku dan menggali tanah yg ditunjuk Karen tadi. Setelah beberapa saat mencangkul, sekopku menghantam sesuatu. "Hmm, apa ini?" kataku sambil mengusapkan tanganku ke benda itu untuk mengusir debu. "Gali lagi, sepertinya itu adalah peti mati" kata Karen, Aku lalu membuat lubang yg cukup luas untuk mengangkat peti itu dan lalu mengangkat peti itu dan membukanya. Ketika aku membuka peti itu, bau yg sangat menyengat langsung menusuk hidungku. Aku reflek menutup hidungku dan mataku. "Bau sekali" gumamku dan aku juga melihat Karen yg menjauh dari peti itu. Lalu aku hadapkan pandanganku kembai ke peti itu dan melihat organ dalam manusia. Banyak sekali dan ditengah organ itu ada usus manusia yg disusun sehingga membentuk kata:
Kau belum menemukanku 
di sebelah usus tersebut ada 2 bola mata menghadap ke langit-langit gudang. Aku curiga dengan ke-2 bola mata itu, aku lalu mengikuti arah ke-2 bola mata tersebut menghadap dan sangat terkejut ketika melihat ada bom di atas sana. "KAREN! MENJAUH DARI GUDANG!!" teriakku sambi berlari secepat yg aku bisa. "DUAAAR!!" suara bom memekakkan telingaku dan dengan reflek aku langsung tiarap berharap tidak terkena puing-puing gudang yg beterbangan.

"Scott! Bangun!" teriak Karen. Aku lalu mengangkat kepalaku dan melihat ke arah gudang yg hancur itu. "Cerdik sekali. Dia sengaja menimbun mayat-mayat itu dengan cara meruntuhkan bangunan sehingga polisi lain tidak bisa mencari bukti" kataku. "Maksudmu?" tanya Karen. "Dengan kata lain, aku harus memecahkan kasus ini sendiri" jawabku.

Aku,Karen dan Jack lalu berjalan beberapa blok lalu memanggil taxi karena mobilku sudah rusak terkena radiasi dari bom yg diletakkan Psikopat itu. "Mau kemana?" tanya supir taxi itu. "jalan saja dulu, nanti aku kasih tau alamatnya" jawab Karen. Lalu taxipun berjalan. "Bagaimana? Apakah hari kalian seru? Maksudku, bermain-main di gudang lalu hampir mati dengan bom" kata supir taxi itu. Sentak aku dan Karen terkejut mendengarnya. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku. Supir itupun lalu menghadapkan wajahnya padaku. Dan aku pun sangat terkejut dan baru menyadari bahwa ternyata supir itu adalah Alexander Black. Si psikopat gila.

Bersambung

0 comments:

Post a Comment