Wednesday, May 8, 2013

This Little Town.. Part 2


Aku pulang ke apartemenku dan meneliti berkas psikopat itu. Aku masih tidak mengerti, pihak rumah sakit jiwa itu tidak menulis data ini dengan lengkap. "Hey, jangan hanya bergantung pada kasus Alexander black itu saja. Ingat, masih ada beberapa keluarga yg meninggal dan yg hilang. Sekarang pilih, mana yg akan kamu kerjakan dan yg mana yg akan kamu berikan pada orang lain?" Karen mengingakanku. "Aku tidak tahu" jawabku singkat. "Oke, mungkin kamu perlu waktu" katanya sambil mengelus rambutku dan lalu keluar dari apartemenku.

Waktu sudah menunjukkan jam 10 tepat dan tiba-tiba aku merasa lapar. Berhubung besok aku libur, aku memutuskan untuk jalan-jalan mencari makan. Tak lupa aku menghubungi Karen untuk mengajaknya makan.
Hey, tiba-tiba aku merasa lapar. Mungkin kamu mau menemaniku makan? Aku menunggumu di restoran 'De royale'
Lalu aku menekan tombol 'kirim' lalu menaruh ponsel-ku di atas sofa empuk hitamku dan bersiap-siap.

Aku sudah siap untuk berangkat. Aku ambil ponselku dan melihat pesan balasan dari karen. "Hmm? Tidak dibalas? Ah, mungkin sudah tidur" gumamku dan lalu berlalu menuju restoran 'De Royale'. Ketika aku sampai, aku melihat wanita cantik menggunakan dress hitam dengan sedikit bordiran dan berambut coklat tergerai dengan sempurna melambai ke arahku, "Scott! Sinii" kata wanita itu. Dengan sedikit ragu aku menuju ke meja itu dan duduk di sana. "Tunggu, Karen? Takku sangka kamu cantik sekali hari ini" kataku setengah terkejut. Dia tertawa kecil sambil menepuk pundakku. Malam itu, kami berbicara tentang hal-hal ringan dan sebisa mungkin melupakan kerjaan kami.

Tak terasa makanan kami sudah habis. Aku memanggil pelayan untuk membayar makanan kami. Ketika pelayan itu memandangiku dengan senyuman sinis, aku terkejut hingga mukaku terlihat pucat dan menurunkan tanganku. "Ada apa? Apakah ada yg aneh?" tanya Karen padaku. Aku mengambil sebuah foto yg kusimpan di saku celanaku dan memperlihatkan foto itu padanya, "Lihat pelayan itu. Matanya merah, brewok tipis berwarna sedikit kemerahan dan hidungnya yg bengkok karena sebuah kecelakaan mobil?" kataku. "Iya aku meli.. Tunggu, darimana kamu tahu itu bekas kecelakaan?" tanyanya. "Karena orang itu adalah psikopat gila yg hilang" jelasku dengan yakin sambil memperlihatkan foto psikopat yg dari tadi aku simpan di kantung celanaku. "Iya, itu memang dia" katanya singkat. Aku lalu memperhatikan setiap gerak-geriknya. Dia memegang nampan yg di atasnya terletak makanan, pisau dan garpu dan dia sedang menuju ke salah seorang pelanggan. Dia menatap pelanggan itu dengan tajam dan berjalan perlahan ke belakang pelanggan itu. Perasaanku tidak enak, aku lalu berdiri dan berjalan untuk meyakinkan kalau dia tidak akan berbuat hal-hal yg membahayakan. Tetapi niatan itu dirusak dengan matinya listrik satu kota. Setiap orang di restauran itu mengeluh. Tetapi diantara suara orang mengeluh itu, ada satu suara teriakan, "AAAAAH!!" yg tentu saja mengagetkanku. Aku lekas mengambil senter mini yg selalu aku simpan di kantung bajuku dan berlari ke arah teriakan itu. Dan di sana aku melihat seorang ibu yg meninggal karena urat lehernya yg sobek dan di depannya ada seorang pria (yg sepertinya itu adalah suaminya) yg kepalanya sudah tertancap sebilah pisau dan sebuah garou yg menancap di lehernya. Listrik perlahan-lahan hidup ketika aku mematikan senter miniku. 
Lalu tanpa pikir panjang, aku berlari ke luar restauran dan mencari psikopat itu. Aku lalu melihat psikopat itu sedang melihatku dengan tajam di antara kerumunan orang yg berjalan sambil mengurusi urusannya sendiri. Dengan cepat aku berjalan cepat kearahnya. Tetapi orang-orang ini seperti menghalangiku hingga akhirnya ketika aku lihat kembali keberadaannya, dia sudah menghilang. Lalu aku melihat sekelilingku, barangkali dia belum jauh. Tetapi usahaku sa-sia saja karena dia sudah tak tampak lagi. 'Tiiin!Tiiin' suara klakson mobil mengalihkan perhatianku. "Ayo, kuantar kamu pulang" ajak Karen. Tetapi aku menolaknya karena aku harus menginvestigasi korban di restauran tadi.

"Aku tidak percaya aku kehilangannya" gerutuku ketika berjalan menuju restauran itu. Ketika aku sampai di restauran 'De Royale' aku langsung menembus kerumunan yg mengerumuni korban. Aku melihat dan mencari setiap barang bukti yg bisa aku dapat. Tetapi aneh, tidak ada barang bukti yg bisa aku dapatkan. Kecuali satu surat yg aku temukan di atas meja. Surat itu ditulis dengan darah dan bertuliskan:
Temukan aku, detektif

Aku melipat kertas itu lalu memanggil pihak berwajib untuk mengurus mayat itu dan akhirnya pulang. Ketika sampai di apartemen, aku langsung tidur karena kecapean.

Bunyi alarm membangunkanku, aku langsung bangun dan mencuci muka lalu mengambil koran yg biasanya ditaruh housekeeping di depan pintuku. Ketika aku membuka pintu, aku melihat Karen yg kebetulan sedang mengambil koran. "Oh, hey Scott. Kebetulan sekali. Nih korannya" katanya sambil menyodorkan koran. Belum sempat aku menjawab, dia tiba-tiba melanjutkan, "Hey, bagaimana? Apa kamu sudah menentukan kasus mana yg akan kamu selesaikan?" katanya tak sabaran. Lalu aku menjawab, "Tunggu, baru saja terpikir olehku. Bagaimana kalau sebenarnya orang-orang ini memiliki hubungan dengan psikopat?". "Maksudmu?" tanya Karen. "Coba saja, kenapa orang-orang ini mati dan hilang saat listrik padam? Memang mungkin saja semua orang jahat akan berpikiran begitu. Tapi tidak ada satupun barang-barang mereka yg hilang. Bahkan dompet yg jelas-jelas berada di kantung korban saja tidak diambil. Penjahat bodoh macam apa yg meninggalkan barang-barang berharga korbannya? Lalu, ketika di restauran kemarin. Psikopat itu berjalan perlahan menuju korban seakan-akan dia sebenarnya menunggu listrik untuk padam dan dia akan beraksi saat itu. Dan pembunuhan itu dilakukannya dengan cepat. Bahkan dia sempat menulis surat dengan darah mereka (sambil menyodorkan surat itu). Lalu dari semua yg kubcarakan tadi, bagaimana kalau setiap korban yg menginggal kemarin-kemarin, adalah korban dar psikopat itu?" jelasku panjang lebar. Karen lalu mengangguk pelan dan berkata, "Mungkin saja. Bagaimana kalau kita meuju tempat kejadian?" ajaknya. Akupun menyanggupinya.

Bersambung

0 comments:

Post a Comment