Wednesday, May 8, 2013

Misteri Kota Tua.. Part 2


Bagian 2
Seminggu sudah berlalu. Aku sudah berkenalan dengan tuan penderghast. Lelaki paruh baya yg cukup mapan di kota tua ini. Perkenalan kami ini dimulai pada hari kamis. Saat itu aku sedang berjalan-jalan sambil memikirkan apa yg salah dengan kota ini. Orang-orang di sini sangat tertutup. Memang, aku sering melihat mereka saling berbicara satu sama lain. Tapi mereka tidak terbuka pada orang baru. Dan di sanalah aku, duduk diam di bawah naungan pohon tua. Angin sepoi-sepoi mengelus kulitku dan seakan mengajakku untuk tidur. "Hei, apa yg kau lakukan di sana?" Tanya tuan Penderghast heran. "Tidak ada. Aku hanya ingin bersantai sebentar." jawabku. Dia lalu duduk di sebelahku dan bercerita banyak hal. Aku mendengarkannya dengan seksama. Tiba-tiba dia terdiam. Aku melihat wajahnya yg tadinya senyum, gembira, sekarang rautnya berubah jadi serius. Ketegangan tampak jelas dari raut wajahnya. "Ada yg ingin aku bicarakan padamu. Tapi tidak di sini. Di sini tidak aman" katanya dengan nada yg cepat dan cemas. Dia mengajakku ke rumahnya yg besar dan megah. Memang sih, dia tadi bercerita tentang pekerjaannya sebagai penambang emas. Dia menutup rapat pintu rumahnya dan mengajakku duduk di sofanya. "Cepat kabur dari kota ini! Kau tidak akan tahu apa yg akan menimpamu. Kota ini di..." Tak sempat dia menyelesaikan pembicaraannya, tiba-tiba lampu ruang tengahnya pecah. Kami kaget. Kami berdua sama-sama ketakutan. Lampu yg  tadinya aman-aman saja, tiba-tiba saja pecah. Padahal lampu tersebut tidak jatuh. Ketakutan, aku pamit pulang dan langsung pergi memasuki rumahku.

Pagi ini aku bangun dengan semangat. Aku mandi sambil menyanyikan lagu-lagu kesukaanku. Setelah itu, aku turun ke ruang makan dan makan yg dimasakkan istriku, Florence. Setelah aku mengecup kening istri dan anakku, aku pergi ke pusat kota untuk bertemu dengan Nikolai dan tuan Penderghast. Kami sama-sama ingin mencari harta karun itu. Setelah kami semua berkumpul, kami pergi ke sebuah bukit yg katanya menyimpan harta karun. Sesampainya di bukit itu, kami bekerja dengan berusaha memecahkan teka-teki yg tertera di kertas kepunyaan Nikolai. Nikolai sangat bersemangat tentang harta ini, dia berkeliling dunia untuk menemukan semua petunjuk untuk menemukan harta ini. Pantas saja Thomas langsung menyuruhku untuk pergi ke kota ini. Biasanya kami pergi ke tempat yg dia informasikan untuk mencari petunjuk. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 5 sore hari. Tuan Penderghast menghampiriku dan buru-buru mengajak kami pulang. Aku ingin menolaknya. Tapi Nikolai ternyata juga menyuruhku pulang. "Jika begini terus, kapan kita akan mendapatkan hartanya?" tanyaku dengan nada sedikit marah. "Aku tahu. Tapi.." Nikolai mendekatiku dan berbisik "kita akan mendapat kesialan jika tidak segera pulang". Akhirnya kami sepakat untuk pulang dan bertemu tiga hari kemudian. tepat jam 6 kami baru sampai ke pusat kota. Nikolai dan tuan Penderghast berlari menuju rumah mereka. Sedangkan aku berjalan santai menuju rumah. Ternyata aku membuat kesalahan fatal.

Aku berjalan santai di sekitar taman. Perhatianku teralihkan ketika aku melihat wanita cantik berbaju putih berjalan di depanku. Aku berjalan cepat mengikutinya. Dia tersenyum menggodaku. Seakan tersihir, aku mengikutinya. Dia berjalan dibalik pohon. Aku berjalan menuju pohon itu. "Hei, kenapa kamu belum pulang?" tanyaku sambil mengitari pohon itu. Aku baru saja ingin mengajaknya pulang bersama, tapi aku dikejutkan dengan apa yg aku lihat di balik pohon itu. Wanita cantik berubah menjadi nenek-nenek dengan wajah yg menyeramkan. Satu matanya bolong mengeluarkan darah. Mulutnya terjahit rapat. Aku mundur beberapa langkah, tapi nenek itu mengikutiku. Dia berbicara tanpa menggerakkan mulutnya, "Kenapa kau tidak mengikuti saran teman-temanmu? Apakah kau tidak tahu kalau kau sedang melakukan kesalahan fatal?" aku membalikkan badan. Berencana untuk melarikan diri. Tapi ketika aku berbalik, nenek itu berada tepat di depan wajahku. Aku terjatuh. Nenek itu tertawa dan pergi menjauh. Aku berdiri dan berlari menuju rumahku. Di tengah perjalanan, aku mendengar nyanyian. Nyanyian yg berasal dari boneka-boneka yg tergantung di pohon itu. "Lalalala. Dia berlari menuju rumahnya. Tetapi itu sia-sia sajaa." Nyanyian itu terdengar sangat mengerikan di telingaku. Semakin lama nyanyian itu semakin keras dan nyaring. Jantungku berdegup kencang. Tiba-tiba aku mendengar bisikian di telingaku, "Kau pikir kau bisa lari begitu saja?" aku tidak memperdulikan suara itu. Rumahku sudah di depan mata. Aku sangat lega ketika aku melihat rumah itu. Tapi kesenanganku dikacaukan dengan pot bunga yg tiba-tiba terlempar. Secara spontan, aku berbelok menuju gang kecil. Aku berlari, dengan cepat. Beberapa pot bunga gantung berjatuhan di belakangku. Aku berlari, berniat untuk berbelok ke jalan menuju rumah. Beberapa langkah lagi aku dapat berbelok. Tapi gerobak dorong terbang kearahku. Aku menundukkan kepalaku dan meneruskan berlari. Sudah dekat gerobak itu denganku, tetapi seseorang menarikku sehingga aku terhindar dari gerobak itu.

Ternyata Lotus yg menyelamatkanku. Aku peluk Lotus dengan erat. "Sayaaang!! Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Florence terengah-engah menghampiriku. "Cepat! Cepat menuju rumah!" Teriakku. Aku lalu berlari secepat yg aku bisa. Beberapa kayu tiba-tiba terhempas dan terlempar kearah kami. Aku menarik Florence dan Lotus untuk menghindari kayu-kayu itu. Lalu kami berlari lagi. "AAARGH!! KENAPA KAU TIDAK MATI!!" teriakan nyaring itu membuatku semakin takut. Burung gagak tiba-tiba jatuh di depan kami. Tapi itu tidak menghentikan langkah kami untuk berlari. Rumah sudah di depan kami, tetapi pintu pagar terbanting menutupi jalan masuk. Kami terpaksa memanjat pagar karena usahaku membuka pintu itu sia-sia. Lotus berusaha membuka pintu tetapi pintu itu terkunci dari dalam. Florence mengambil batu dan melemparkannya ke kaca rumah. Kami sama-sama membersihkan kaca-kaca itu dan masuk melewati jendela. "Ayah, kita pulang saja" kata Florence dengan raut wajah takut. Aku meng-iyakan dan kami langsung mengemas baju2 kami dan memasuki mobil. Aku hidupkan mobil dan menabrak pintu pagar. Aku kebutkan mobil tapi mobil itu tiba-tiba mati dan berhenti di tengah pohon tua tempat boneka-boneka bergantung. "Kau pikir kau bisa lari begitu saja?? Hah! Tidak akan ku biarkan!" Nenek itu tiba-tiba muncul di hadapan kami dan menghancurkan mobil kami. Kami keluar mobil dan berlari melewati nenek itu. Tetapi boneka-boneka itu terjatuh dihadapan kami dan tertawa. Tawa itu terdengar sangat menakutkan. Kami saling berpelukkan dan menjauh dari tempat itu. Aku menyuruh Florence dan Lotus untuk berlari masuk rumah. Mereka membalikkan badan dan berlari memasuki rumah. Sedangkan aku mengambil koper dan berlari memasuki rumah. Kami berpelukkan dan menenangkan diri.

Bersambung

0 comments:

Post a Comment