Wednesday, May 8, 2013

This Little Town.. Part 1


Namaku Scott. Umur 35 tahun, tidak punya istri. Aku mempunyai kulit yg sedikit coklat karena pekerjaanku sebagai detektif menuntutku untuk terus berjalan di teriknya matahari. Banyak wanita yg menyukai rambutku yg dipotong cepak dan mataku yg berwarna hijau. Aku juga termasuk kategori workaholic. Mungkin itu salah satu alasan mengapa aku belum punya istri. 

Malam itu, aku pulang ke apartemenku yg berada di lantai 12 dan menyeduh segelas kopi. Setelah itu duduk di sebuah sofa empuk berwarna hitam dan melihat sekeliling. Ruangan yg diberi permainan cat hitam dan putih, beberapa sofa dengan warna abu-abu dan hitam dan beberapa furnitur yg ber-nuansa antik selalu membuatku tenang. Entah kenapa, tetapi aku suka melihat ruang apartemenku sendiri.

Setelah sedikit menjernihkan pikiran, aku beranjak ke tempat tidur, mengganti pakaian dan tidur. Tepat jam 07.00 aku terbangun karena mendengar seseorang mengetuk pintuku. Setelah cuci muka, aku membukakan pintu dan mendapati Karen, asistenku yg setia. Karen ini orang yg sangat cantik dan baik. Rambutnya yg selalu dikucir kuda dan mukanya yg cantik merupakan daya tarik tersendiri untukku.

"Kasus baruuu" katanya sambil menyodorkan berkas dengan nama "Marius pontmercy" tertera di pinggiran berkas. "Orang dari Perancis?" tanyaku. "Iya, kasus pembunuhan" jawab Karen. Aku mengambil kertas itu dan membacanya. Setelah membaca berkas itu dan mengambil beberapa informasi yg diberitahu Karen, aku beranjak mandi dan berganti dengan jas. "Karen, kau mau ikut atau tidak?" tanyaku. "Tentu saja, pakai mobilku saja"

Setelah sampai di tempat kejadian dan mengambil beberapa informasi, aku mendapati beberapa tersangka. Tapi tentu saja aku tidak bisa langsung menuduh mereka, aku harus menelitinya lebih dalam lagi. Alhasil aku dan Karen kembali ke kantor dan melakukan sedikit diskusi. Keesokan harinya aku melakukan sedikit ekspedisi dan memata-matai beberapa tersangka. Lalu hari-hari selanjutnya aku lanjutkan dengan meng-interogasi mereka, mengambil beberapa bukti dan akhirnya aku mendapatkan satu tersangka. Keesokan harinya aku menginterogasinya dan membawanya ke persidangan dan menyelesaikannya saat itu juga. Itulah pekerjaanku selama 10 tahun ini. Walaupun terlihat sulit, tapi jujur saja. AKu menikmati pekerjaan ini.

Biasanya, setelah aku menyelesaikan satu kasus, aku dan Karen akan pergi ke apartemenku untuk merayakannya. Dan itulah yg kulakukan malam ini. Aku merayakannya dengan meminum sebotol wine. Kami bercerita banyak hal malam itu. Ditengah-tengah pembicaraan kami, entah kenapa tiba-tiba suasana hening. Kami sudah tidak punya topik lagi. Tetapi entah kenapa malam ini dia terlihat lebih menawan dari biasanya. Aku tidak bisa berhenti menatapnya. Dan sepertinya dia juga memperhatikanku dari tadi. Aku memajukan wajahku berniat untuk menciumnya. Karen sepertinya menangkap sinyal dariku, dia juga memajukan wajahnya. Tetapi tiba-tiba apartemenku mati lampu dan memecah keheningan. "Aaargh! Sepertinya sekringnya turun" kataku. Lalu aku lanjutkan lagi, "Biar aku periksa". "Tunggu, kenapa di luar terlihat gelap juga?" tanya Karen. Secara reflek aku melihat ke luar jendela dan memang iya, di luar sangat gelap. Hanya cahaya bulan yg menyinari kota.

Aku mendapat sms dari temanku. Katanya terjadi kegagalan listrik dan untuk beberapa hari, listrik di kota ini akan tidak stabil. Aku mengeluh dan menggunakan hp-ku untuk menerangi jalan menuju sofa tempat dimana Karen duduk. Aku lalu duduk di sebelahnya dan sibuk mengeluhi apa yg barusan terjadi. Karen juga mengeluhi hal yg sama. Selama beberapa jam, kami sibuk saja mengeluh tentang kegagalan listrik ini. Lalu tanpa sadar, aku dan karen tertidur kecapaian.

Paginya aku terbangun dan mendapatkan Karen sedang memasakkan panekuk untukku. Aku duduk di meja makan dan menunggu Karen untuk duduk supaya kami bisa makan bersama. "Sarapan dataaang" katanya dengan nada periangnya yg khas. "Kamu belum pernah makan masakankan? Tadi pagi-pagi sekali aku terbangun dan merasa lapar. Jadi aku menuju dapurmu yg ngomong-ngomong isinya lengkap juga ya, lalu aku membuat panekuk karena aku kurang suka panekuk instan yg biasa orang-orang beli" lanjutnya. Aku hanya menjawab kalau itu enak dan terus memakannya. Ketika aku mengambil beberapa panekuk untuk ke-2 kalinya, aku mendapat sms yg bertuliskan:
"Scott, cepat ke kantor. Ada kasus pembunuhan. Dan yg dibunuh itu sekeluarga."
Aku mempercepat makanku dan beranjak mandi dan besiap-siap. Aku dan Karen berpisah di parkiran mobil. Sebenarnya aku ingin Karen ikut denganku, tetapi dia harus mandi dan bersiap-siap dulu di rumahnya.

Sesampainya di kantor, temanku memberiku berkas dan data-data keluarga yg terbunuh. Belum selesai aku membaca data-data itu, Karen datang dan membawa berkas lain yg katanya itu adalah berkas beberapa orang yg hilang. Aku membawa berkas itu dan mengajak Karen ke ruanganku untuk membantuku mengambil informasi dari data-data yg menumpuk itu. Namun tiba-tiba boss menelponku dan menyuruhku untuk pergi ke rumah sakit jiwa segera. Aku langsung merapikan berkas-berkas itu dan pergi menuju mobilku bersama Karen.

Sesampainya di rumah sakit jiwa, Bossku membawaku ke sebuah kamar yg pintunya sedikit rusak. Aku memeriksa pintu itu. Dan mendapati bekas dobralan pintu dan gagang pintu yg sedikit rusak. Aku menyimpulkan bahwa orang ini merusak lubang kunci pintu itu dan mendobraknya beberapa kali. Cukup cerdas untuk orang yg mentalnya terganggu.

"Dulu tempat ini didiami oleh siapa?" tanyaku ke kepala rumah sakit. Dia menjawabnya dengan nada cemas,"Seorang psikopat yg mentalnya terganggu". Aku terbelalak kaget, "Tunggu, apakah pihak rumah sakit jiwa ini tidak memasanginya jaket khusus supaya dia tidak bisa kabur?" tanyaku. Kepala rumah sakit tidak menjawab. "Kami memasangnya. Tetapi entah bagaimana caranya dia bisa lepas dari jaket itu" kata salah seorang pekerja rumah sakit jiwa itu. "Scott! Coba lihat ini" teriak Karen. Aku berjalan ke tempatnya berada dan melihat pecahan kaca dan bercak darah di beberapa beling tersebut. Tak salah lagi, dia memecahkan kaca yg berada tak jauh di atas kasurnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menyobeknya dengan itu. Dan di bawah kolong tempat tidur, aku melihat baju pengekang yg digunakan psikopat itu.

"Pak, ini berkas yg bapak suruh" kata seorang suster yg datang secara tiba-tiba. Kepala rumah sakit jiwa itu memberikan berkas itu padaku dan aku mengambil bebepara point penting dari berkas itu. Dan menulisnya di note yg aku bawa:

Alexander Black. Seorang psikopat gila yg suka membunuh dan menyiksa korbannya dengan sadis. Sangat pandai bersembunyi dan jelas, orang yg sangat berbahaya.

Aku menyimpan note itu di sakuku dan menghela nafas. Aku tahu kasus ini akan sangat sulit. Apalagi dengan keadaan listrik yg tidak stabil untuk beberapa hari kedepan.

Seorang psikopat gila di luar sana dan keberadaannya tidak diketahui. Kota ini dalam bahaya dan aku harus menyelesaikan kasus ini secepatnya.

Bersambung

0 comments:

Post a Comment