Wednesday, May 8, 2013

Last Song For Nina


Namaku Nina hoppkins. Anak dari James hoppkins dan Mary hopkins. Aku bersekolah di SMA terfavorit di England, mengikuti ekskul cheerleaders dan kalau dilihat dari segi prestasi, kalian bisa melihat nilai A+ di berbagai pelajaran di dalam raporku. Terang saja, ayahku lulusan dari sekolah Harvard dan mempunyai IQ 180+ dan ibuku lulusan Princeton dengan nilai sempurna. Banyak orang yg iri dengan bentuk fisik dan kecerdasanku. Dengan rambut pirang, tubuh yg tinggi, kulit yg putih mulus dan paras yg cantik, tak heran jika orang-orang disekelilingku iri denganku. Semua terjadi dengan sempurna dan tidak kurang suatu apapun.

Kecuali bagian dimana orang tuaku tidak selalu ada dalam kehidupanku. Bahkan di hari ulang tahunku. "Kamu harus belajar hidup mandiri, Nina." adalah kata-kata yg selalu diucapkan oleh kedua orang tuaku ketika aku mengeluh. Tetapi aku tidak bisa melawan, bagaimanapun juga mereka adalah orang tuaku.

"Nona, ayuk makan. Makan malam sudah saya siapkan" kata Cossete, pembantuku yg selalu ada di saat aku sedih maupun senang. Bahkan, aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Dia lebih muda satu tahun dariku dan satu sekolah denganku. Cossete juga sebenarnya adalah anak yg anggun dan manis. Hanya saja dia lebih suka memakai pakaian yg terkesan sederhana dan biasa saja.

"Tidak, aku sedang tidak berselera" jawabku sedikit lemas. "Tapi, beberapa hari ini nona makan sedikit sekali. Apakah nona sedang sakit" katanya sambil memegang keningku. "Tidak, aku tidak apa-apa. Bagaimana kalau kamu mengurangi sedikit porsinya dan bawa lagi kesini?" , "Baiklah nona. Sebentar ya, biar saya siapkan dulu"  lalu Cossete berlari kecil menuju dapur. Memang beberapa hari ini aku tidak berselera makan. Tidak tahu kenapa, tetapi seperti ada sesuatu yg melarangku untuk makan. "Ini nona, sudah saya kurangi porsinya. Selamat menikmati" kata Cossete yg lalu keluar dari kamarku. Aku memakan makanan itu sampai habis. Tak kusangka ternyata aku sangat lapar, dan bahkan setelah aku menghabiskan makanan itu, aku masih merasa lapar. Aku beranjak dari kasurku dan meminta makanan lagi. Tetapi tiba-tiba saja perutku terasa sakit dan merasa seperti ada sesuatu yg akan di keluarkannya. Piring yg tadi aku pegang-pun jatuh dan aku tertunduk kesakitan. Aku lalu terbatuk-batuk dan berusaha untuk memuntahkan sesuatu yg ada di mulutku. "Nona, suara apa tad.. Ya ampun!! Nona tidak apa-apa?!" kata Cossete panik. Sedangkan aku masih tertunduk dan terbatuk-batuk. Perlahan-lahan ada seusatu yg keluar dari tenggorokanku dan, "Kling" benda itu keluar dari tenggorokanku bersamaan dengan darahku. Dan akupun sangat terkejut melihat sebuah paku keluar dari tenggorokanku. Cossete berteriak ketakutan dan buru-buru menelfon ambulans.

Ambulanpun datang tidak lama setelah itu. Dan kebetulan papaku baru pulang dari kantornya. Aku dapat melihat wajah paniknya saat dokter memeriksa keadaanku. Lalu dokter mengambil sampel darah dan urine-ku untuk di cek. Beberapa hari kemudian aku menuju rumah sakit dan bertemu dengan dokter yg memeriksa keadaanku. Anehnya, dokter mengatakan bahwa tidak ada yg salah dari diriku. Dan aku sangat sehat sekali. Dokter memberiku antibiotik dan menyuruhku untuk beristirahat.

Aku pulang dari rumah sakit dan melihat ibuku yg menungguku dengan cemas. Ke-2 orang tuaku menuntunku ke kamarku dan menyuruhku untuk meminum antibiotik dan menyuruhku untuk tidur. Aku tertidur dengan sanag lelap. "Kriiing! Kriiing!" bunyi alarm membangunkanku. Aku matikan alarm itu dan menghidupkan lampu. Dan aku sangat terkejut ketika melihat barang-barangku berserakan, wallpaper kamarku penuh dengan bekas cakaran dan beberapa barangku yg pecah. Pintu kamarku terbuka secara perlahan dan aku melihat ke-2 orang tuaku dan Cossete yg melihatku dengan tatapan takut, cemas dan aku melihat wajah ibu dan Cossete yg memerah seperti habis menangis. Aku membuka mulutku untuk berbicara, tetapi aku tidak bisa mengeluarkan suaraku. Rasanya seperti aku berteriak selama berjam-jam tanpa henti. Tenggorokanku begitu kering. Lalu aku memberi isyarat untuk seseorang mengambilkanku segelas air. Cossete dengan sigap pergi ke dapur dan mengambilkanku minum. Ibuku perlahan mendekatiku, dan memelukku dengan erat. "Ibu, apa yg terjadi?" kataku sambil menahan rasa sakit di tenggorokanku. "Tenang, duduklah terlebih dahulu" kata ibuku berusaha menenangkanku. Lalu Cossete datang dan menyodorkanku segelas air. Aku minum air itu, dan aku merasa sedikit baikan.

"Ibu, apa yg terjadi?" tanyaku, lagi. "Nina, apakah kamu tidak ingat apa yg terjadi denganmu tadi malam?" , "Tidak, apa yg ku lakukan?" tanyaku dengan cemas. Lalu ibuku bercerita bahwa dia mendengar seseorang ber-sinden dengan bahasa yg tidak dia ketahui. Lalu dia membangunkan ayahku dan mereka lalu menelusuri darimana asal suara itu. Mereka menyadari bahwa suara itu bersumber di dalam kamarku. Mereka buka pintu kamarku dan mereka terkejut melihatku yg langsung menoleh dan tertawa dengan keras. Mereka menyuruh Cossete untuk menelpon seorang pendeta. Selagi menunggu pendeta datang, ayahku berusaha menenangkanku dan menahanku dari merusak wallpaper dan merusak barang-barangku. Dan ketika pendeta telah datang dan meneliti apa yg terjadi denganku. Pendeta mengatakan bahwa aku dirasuki oleh setan, dan dengan persetujuan ke-2 orang tuaku, dia memulai ritual pengusiran setan. Tetapi setan yg berada dalam diriku tidak mau keluar sehingga aku telah mematahkan lengan pendeta itu. Pendeta itu berteriak dan buru-buru menempelkan salib ke leherku. Aku berteriak keras, keras sekali. Pendeta itu lalu menyuruh ke-2 orang tuaku untuk keluar dan membiarkanku sadar dengan sendirinya. Dia lalu berdo'a agar tuhan membebaskanku dari setan yg merasukiku tepat di depanku. Aku berteriak lebih keras dan melemparnya dengan vas bunga yg aku suka sehingga dia pingsan.

Mendengar cerita itu, tentu saja aku sangat terkejut. dan pingsan

Keesokan harinya, aku tidak diizinkan untuk bersekolah. Setelah melambaikan tangan ke orang tuaku, aku duduk di kamarku dan menangis. Menangis karena aku tidak dapat menerima kenyataan bahwa aku telah kerasukan. Di tengah rasa sedihku, tiba-tiba pintu kamarku diketuk. "Masuk" kataku tersendu-sendu. Lalu Cossete memasuki ruanganku dan langsung memelukku. Dia berusaha menenangkanku. Setelah aku merasa sedikit tenang, dia memberiku sebuah kalung. "Ini adalah pemberian nenekku. Berguna sebagai penangkal setan" katanya sambil memasankan kalung itu. Tetapi mendadak aku merasa seperti ada sesuatu yg menggerakkan tubuhku. Aku berteriak keras sekali. Lalu aku mencabut kalung itu dari leherku dan melemparnya. Aku berusaha menahan diriku untuk melakukannya. Tetapi kekuatan yg menguasai diriku sangat kuat sehingga aku tidak bisa mengendalikan tubuhku. Aku menampar Cossete hingga dia jatuh. Ketika aku Ingin melayangkan tinjuku, Ibuku tiba-tiba datang dan memelukku. Aku dapat merasakan kehangatan dari pelukannya. Aku dapat merasakan kasih sayangnya dan dapat merasakan tangisnya. Perlahan aku dapat mengendalikan tubuhku lagi dan memeluk ibuku dengan sangat erat. "Ibu, siapa aku?" tanyaku. "Aku takut ibu" lanjutku. Saat ini, kamarku diisi dengan rasa sedih dan takut.

Mendengar berita bahwa aku kerasukan lagi, ayahku memutuskan untuk memasungku. Aku juga setuju untuk dipasung. Karena aku tidak akan merusak atau melukai orang lagi. Ibuku berhenti dari pekerjaannya untuk merawatku. Setiap pagi, Cossete memasuki ruanganku dan menyuapiku sarapan. Dan setiap pagi juga aku meminta maaf. Dia hanya menjawabnya dengan senyum manis dan berkata, "Tidak apa-apa non. Aku sudah baikan kok, sungguh". Aku sedikit lega mendengarnya, tetapi aku tahu bahwa dia sedang ketakutan. Dan setiap malam aku kehilangan kendali atas tubuhku dan berteriak, memberontak, dan menghentak-hentakkan kepalaku ke dinding kamar. Dan di saat itu ibuku langsung datang dan memelukku. Dia tidak peduli dengan betapa mengerikannya aku saat itu, dia hanya ingin anak semata wayangnya terbebas dari jeratan setan.

Seminggu berlalu, dan satu persatu orang yg berada di rumahku pergi. Supir, tukang kebun, koki bahkan Cossete dan ayahku pergi karena sangat ketakutan. Tetapi tidak dengan ibuku, dia tetap sabar dan merawatku dengan kasih sayang. Saat itu kondisi tubuhku sangat parah. Pergelangan tangan dan kakiku saat itu membiru dan sedikit berdarah. Tubuhku sangat kurus dan tenggorokanku membengkak. Aku kesuliatan untuk berbicara. Tetapi ibuku tidak memperdulikan kondisi fisikku dan terus merawatku.

Hingga suatu malam aku merasa sangat tenang, sangat damai dan merasakan ada angin sejuk bertiup kearahku. Segera aku panggil ibu dan mengatakan, "Ibu, aku merasa sangat tenang dan damai malam ini Dan aku juga merasa sangat mengantuk hingga rasanya aku akan tidur dengan lelap. Bisakah ibu mengabulkan satu permintaanku?" tanyaku. "Apa saja, nak. Apa saja akan ibu lakukan. Apakah kamu ingin dilepaskan dari belenggu ini?" tanya ibuku. Aku menggeleng lemah dan berkata, "Tidak. Aku ingin ibu menyanyikan sebuah lagu untukku. Nyanikan lagu itu sampai aku tertidur". Ibuku mengangguk dan menyanyikan sebuah lagu yg sangat indah dan sangat merdu di telingaku.

"Nina bobo..
Ooh, nina bobo..
Kalau tidak bobo digigit nyamuk..

Tidurlah sayang, Anakku yg manis..
Kalau tidak bobo digigit nyamuk.."

Itulah lagu yg dia nyanyikan untukku. Mataku terasa berat, dan aku tertidur..
Tidur untuk waktu yg sangat lama.
Tidur untuk selamanya..

TAMAT

0 comments:

Post a Comment